Posted by : Unknown
Rabu, 03 April 2013
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Obat
antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti obat
asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi
dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah
ditemukan di apotik toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena mudah
didapatkan resiko untuk terjadi penyalahgunaan obat ini semakin besar.
Di Amerika Serikat di laporkan lebih dari 100.000 kasus
per tahun yang menghubungi pusat informasi keracunan, 56.000 kasus datang ke
unit gawat darurat, 26.000 kasus memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Pada
umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Bagi para pengguna mungkin memerlukan bantuan dalam
mengkonsumsi obat yang sesuai dengan dosisi-dosis obat.
Penggunaan Obat Analgetik Narkotik atau Obat Analgesik ini mampu
menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan
saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat
Analgetik atau Analgesik
ini tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan analgetik-antipiretik?
2.
Apa saja obat-obat
yang tergolong dalam analgetik
NSAID dan AID ?
3.
Apa saja efek yang ditinbulkan analgetik-antipiretik
pada ibu hamil?
4.
Apa saja dampak
penggunaan analgetik-antipiretik pada ibu hamil?
5.
Bagaimana study kasus penggunaan analgetik-antipiretik pada ibu hamil?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui dan memahami
tenang analgetik-antipiretik
2.
Untuk menjelaskan golongan-golongan
analgetik
NSAID dan AID
3.
Untuk mengetahaui efek-efek
yang ditinbulkan analgetik-antipiretik pada ibu hamil
4.
Untuk mengetahui dampak
penggunaan analgetik-antipiretik pada ibu hamil
5.
Untuk mengetahui study kasus pada penggunaan
analgetik-antipiretik pada ibu hamil
D.
Meode Penulisan
1. Studi Keperpustakaan Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan sumber lain seperti
internet untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang
berhubungan dengan penulisan makalah ini.
2.
Studi Dokumentasi Yaitu dengan
cara mempelajari dan menyalin data sehingga dapat dijadikan pendukung dalam
menganalisa data.
BAB
II
URAIAN
A.
Definisi
1.
Antipiretik
Antipiretik adalah
obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi).Pada umumnya (sekitar
90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Dapat menurunkan panas karena dapat
menghambat prostatglandin pada CNS
2.
Analgesik
Analgesik adalah obat yang dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa
nyaman pada orang yang menderita.
Analgesik
dibagi dua yaitu :
a.
Analgesik opioid /
analgesik narkotika merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti
opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri seperti pada fraktur dan kanker.
Contoh obat :
1. Metadon.
-
Mekanisme kerja: kerja
mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
-
Indikasi: Detoksifikas
ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di rumah sakit.
-
Efek tak diinginkan:
o Depresi
pernapasan
o Konstipasi
o Gangguan
SSP
o Hipotensi
ortostatikMual dam muntah pada dosis awal
2.
Fentanil.
-
Mekanisme kerja: Lebih
poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
-
Indikasi: Medikasi
praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
-
Efek tak diinginkan:
§ Depresi
pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
§ Rigiditas
otot
§ Bradikardi
ringan.
-
Indikasi: Medikasi
praoperasi yang digunakan dalan anastesi, depresi pernapasan, cedera kepala,
alkholisme akut,
-
Efek tak diinginkan:
§ Depresi
pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
§ Rigiditas
otot
§ Bradikardi
ringan.
§ Hipotensi
§ Mual muntah
§ Menggigil
§ Halusinasi paska operasi
-
Perhatian : Lansia dan
pasien lemah, disfungsi hati dan ginjal, penyakit paru.
-
Dosis:
Pramedikasi :100 mcg secra IM 30-60 sebelum operasi.
Tambahan pada anestesi regional: 50-100 scra IM dapat di ulang dalam 1-2 jam
bila perlu.
3.
Kodein
-
Mekanisme kerja: sebuah
prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga
merupakan antitusif (menekan batuk)
-
Indikasi: Penghilang
rasa nyeri minor
-
Efek tak diinginkan:
Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang menghilangkan nyeri
sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.
b.
Obat Analgetik
Non-narkotik
-
Mekanisme
Obat
Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer.Analgetika perifer (non-narkotik), yang
terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral.Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh
pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat
kesadaran.Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak
mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan
Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
-
Efek samping obat-pbat
analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan
ginjal, kerusakan kulit.
Contoh
obat : Ibuprofen, paracetamol.
B. Golongan analgesic
NSAID dan AID
1.
Analgesic NSAID
-
Analgesic Nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAID) adalah obat antiinflamasi nonsteroid, golongan
obat pengurang nyeri dan peradangan yang bekerja dengan menghambat
siklooksigenase (cyclo-oxigenase/COX).
-
Mekanisme
Anti-Inflamasi
Menghambat
prostaglandin dengan menghambat COX.
-
Karakteristik Anti-Inflamasi
NSAID
hanya mengurangi gejala klinis yang utama (erythema, edema, demam, kelainan
fungsi tubuh dan sakit).Memiliki antithrombik untuk menghambat trombus atau
darah yang membeku.
-
Contoh obat :
a. Ibupropen
Ibuprofen
merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat antiinflamasi non
steroid.Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada
biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2
terganggu.Prostaglandin berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan
demam.Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek antiinflamasi dan
analgetik-antipiretik. Khasiat
ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan
efek samping yang lebih ringan terhadap lambung. Pada
pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein
plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian.
Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang
diabsorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8 – 2 jam.
Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna dalam
24 jam.Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak
negara.Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu
kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibu
hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini karena dapat
mengakibatkan konstriksi (penyempitan) dari arteriosus duktus fetalis (pembuluh
darah janin).
Indikasi
Terapi
simptomatik rematoid artritis dan osteoartritis, mengurangi rasa nyeri setelah
operasi pada gigi dan dismenore.
Dosis :Dewasa
: 200 – 400 mg , 3 – 4 kali sehari.
b. Paracetamol
§ Deskripsi:
- Paracetamol adalah derivat
p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesic
- Sifat antipiretik disebabkan oleh
gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
- Sifat analgesik parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
- Sifat antiinflamasinya sangat lemah
sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
§ Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang
tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri
pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan
demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
§ Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi
glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan
gangguan fungsi hati.
§ Komposisi :
Parasetamol / Paracetamol
§ Efek samping :
Reaksi kulit, darah, & reaksi alergi lain.
§ Indeks keamanan pada wanita hamil :
Penelitian tidak menunjukkan risiko pada janin maupun pada
wanita hamil karena tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan
kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko
pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester
selanjutnya).
§ Kemasan :Tablet 500 mg x 10 x 10
biji.
§ Dosis :
Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 tablet.
Anak-anak : 3-4 kali sehari ½-1 tablet.
§ Penyajian :Dikonsumsi bersamaan
dengan makanan atau tidak
§ Jenis: Tablet
2. Analgesic
AID
Kortikosteroid bekerja dengan
mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati
membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini
bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan
membentuk kompleks reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan lalu
bergerak menuju nucleus dan berikatan dengan kromatin.
Contoh obat :
Dexamethasone
-
Dexamethasone tidak
mempunyai aktivitas minerat corticoid dari cortisone dan hydrocortisone
sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocortical tidak berguna. Obat ini
digunakan untuk glucocorticoid khususnya untuk anti inflamasi, pengobatan
rheumatic arthritis dan penyakit colagen lainnya, alergi dermatitis dan
lain-lain, penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana terapi
glucocorticoid berguna lebih menguntungkan seperti penyakit leukimia tertentu
dan lymphomas dan inflamasi pada jaringan lunak dan anemia hemolytica.
-
Indikasi :
Dexamethason
adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat.
-
Kontra indikasi :
§ Tidak boleh diberikan pada penderita herpes simplex pada
mata, tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat
menguntungkan penderita.
§ Jangan diberikan pada wanita hamil karena akan terjadi
hypoadrenalism pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang
serendah-rendahnya.
-
Efek samping :
Pengobatan yang berkepanjangan dapat menyebabkan efek katabolik steroid
seperti kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak.
Karena penimbunan garam, air, dan kehilangan potasium jarang
terjadi bila dibandingkan dengan beberapa glucocorticoid lainnya.
Selain itu penambahan napsu makan dan
penambahan berat badan lebih sering terjadi.
-
Dosis :
Dewasa : 0.5
mg – 10 mg per hari
Anak-anak : 0.08mg – 0.3 mg/kg
berat badan/hari dibagi dalam 3 atau 4 dosis
-
Perhatian :
Kekurangan
adenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi dengan
mengurangi dosis secara bertahap. Ada penambahan efek corticosteroid pada penderita dengan
hypotyroidism dan chirrhosis.
C. Efek Penggunaan Analgetik-Antipiretik dalam
Kehamilan
1. Ibu
hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini karena dapat
mengakibatkan konstriksi (penyempitan) dari arteriosus duktus fetalis (pembuluh
darah janin). (Ibuprofen)
2.
Tidak menunjukkan risiko pada janin maupun pada wanita hamil
karena tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana
tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil
semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya).
(Paracetamol).
3. Tidak diberikan pada wanita hamil karena akan terjadi
hypoadrenalism pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang
serendah-rendahnya. (Dexametasone).
4. Pemakaian NSAID (Non steroid anti
infamantory Drug ) sebaiknya dihindari pada TM III. Obat-obat tersebut
menghambat sintesis prostaglandin dan ketika diberikan pada wanita hamil dapat
menyebabkan penutupan ductus arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin,
menghambat agregasi trombosit dan tertundanya persalinan dan
kelahiran.Pengobatan NSAID selama trimester akhir kehamilan diberikan sesuai
dengan indikasi.Selama beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir, obat-obat
ini sebaiknya dihindari.
D.
Dampak
Penggunaan
Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan.
Penggunaan
obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus
diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat
secara sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang
diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi
janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar dalam
darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.
Pengaruh
buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik,
maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum
obat.Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang
dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah
kelahiran.Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya
malformasi anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ
janin.Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal.Sedangkan
pengaruh obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin
dalam kandungan.
Secara
umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase
berikut:
1.
Fase
Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat
dapat memberi pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi
pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan
(abortus).
2.
Fase
Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu.Pada
fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-organ tubuh,
sehingga merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik
(pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada saat
kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula
mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula yang
dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal maka terdapat
kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan
mencapai blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi cacat
(pembentukan salah) Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara
lain: -Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya
baru muncul kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat
kehamilan, Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya
abortus, Pengaruh sub-letal: tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi
malformasi anatomik (struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik
3.
Fase
Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi
maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing
bagi janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap
fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.
Keluhan
nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan dengan masalah
fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot dan sendi
karena kehamilan maupun sebab-sebab yang lain.
Untuk
nyeri yang tidak berkaitan dengan proses radang, pemberian obat pengurang nyeri
biasanya dilakukan dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang
berkaitan dengan proses radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu
tertentu. Penilaian yang seksama terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar
dapat ditentukan pilihan jenis obat yang paling tepat.
Pemakaian
NSAID (Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya dihindari pada TM III.
Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan ketika diberikan pada
wanita hamil dapat menyebabkan penutupan ductus arteriousus, gangguan
pembentukan ginjal janin, menghambat agregasi trombosit dan tertundanya
persalinan dan kelahiran.Pengobatan NSAID selama trimester akhir kehamilan
diberikan sesuai dengan indikasi.Selama beberapa hari sebelum hari perkiraan
lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan ini adalah
diklofenac, diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam
mefenamat, nabumeton, naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat,
sulindac, tenoksikam, asam tioprofenic mempunyai mekanisme lazim untuk
menghambat sintesa prostaglandin yang terlibat dalam induksi proses melahirkan,
NSAID dapat memperpanjang masa kehamilan.
E. Studi
Kasus Penggunaan Analgetik dan Antipiretik Pada Anak dan Ibu Hamil
Bahaya Obat Pereda Sakit Pada Wanita Hamil (Kehamilan)
Banyak obat yang bagi wanita hamil lebih
disarankan untuk dihindari, hal ini untuk mencegah bahaya obat pada ibu
hamil.Namun anehnya obat penghilang rasa sakit seperti Tylenol Advil tidak ada
dalam daftar obat yang harus dihindari wanita hamil tersebut.Padahal sekarang
ada sebuah penelitian yang menunjukan bahwa obat penghilang rasa sakit ringan
seperti aspirin, asetaminofen (bahan aktif dalam Tylenol) dan ibuprofen (bahan
aktif dalam Advil dan Motrin) memiliki kemungkinan untuk meningkatkan gangguan
reproduksi pada laki-laki.
Para ilmuwan dari Denmark, Finlandia dan
Prancis menemukan bahwa wanita yang menggunakan kombinasi analgesik ringan
selama kehamilan atau menggunakannya selama trimester kedua kehamilan memiliki
risiko lebih besar dalam melahirkan bayi laki-laki dengan kelainan testis,
suatu kondisi yang dikenal sebagai kriptorkismus dan dapat meramalkan kualitas
semen yang buruk dan kanker testis.
Secara khusus, para peneliti menemukan bahwa
wanita yang menggunakan lebih dari satu jenis obat penghilang rasa sakit pada
saat yang sama, memiliki peningkatan risiko tujuh kali lipat dalam kemungkinan
memiliki anak dengan beberapa bentuk kriptorkismus dibandingkan dengan wanita
yang tidak menggunakan analgesik. Pada trimester kedua, penggunaan obat
penghilang rasa sakit lebih mengakibatkan kemungkinan risiko
kriptorkismus dua kali lipat, dan menggunakan obat penghilang rasa sakit
simultan meningkatkan risiko 16 kali lipat.
Pada percobaan yang dilakukan pada tikus
ini, para ilmuwan juga menunjuk bahwa analgesik bermain-main dengan produksi
androgen dan menyebabkan penurunan kadar testosteron ketika organ janin
laki-laki terbentuk. Para peneliti tidak yakin mengapa itu terjadi.“Jika
paparan endokrin adalah suatu mekanisme di balik peningkatan masalah
reproduksi antara laki-laki muda di dunia Barat, penelitian ini
menunjukkan bahwa perhatian khusus harus diberikan pada penggunaan analgesik
ringan selama kehamilan, karena hal ini bisa menjadi alasan utama untuk
masalah-masalah tersebut , “kata Henrik Leffers, seorang ilmuwan senior di
Rigshospitalet di Kopenhagen yang memimpin penelitian.
Tapi Virginia Lupo, ketua departemen
obstetri dan ginekologi di Hennepin County Medical Center di Minneapolis dan
spesialis kedokteran ibu-janin, memperingatkan bahwa data ini tidak harus
membuat seorang wanita hamil benar-benar menghindari pil penahan rasa sakit.
Untuk mencapai kesimpulan mereka, para
peneliti mempelajari 834 wanita hamil di Denmark dan 1.463 di Finlandia, yang
baik menjawab kuesioner tertulis tentang penggunaan obat selama kehamilan dan /
atau menanggapi sebuah wawancara telepon. Menariknya, data menunjukkan bahwa
perempuan yang dilaporkan menggunakan obat penghilang rasa sakit dalam
kuesioner tertulis: dari 298 ibu Denmark yang merespon kuesioner dan wawancara
melalui telepon, 31% dilaporkan menggunakan obat penghilang rasa sakit dalam
kuesioner, sementara sisanya 57% melaporkan bahwa mereka menggunakan obat itu
dalam wawancara.
Menggunakan obat penghilang rasa sakit
tampaknya tidak berpengaruh pada bayi wanita di Finlandia, di mana 2% dari bayi
laki-laki bayi dilahirkan dengan kelainan testis. Di Denmark, jumlah yang
melonjak sampai 9%. Denmark telah menyaksikan peningkatan yang signifikan dalam
kasus kriptorkismus, dari kurang dari 2% dalam 50 tahun yang lalu. Belum banyak
penelitian yang meneliti tingkat ini di AS, tapi satu yang dilakukan di Mount
Sinai Hospital di New York menemukan bahwa hampir 4% dari 6.935 bayi laki-laki
yang lahir antara tahun 1987 dan 1990 memiliki kelainan testis.
Penelitian ini harus dilanjutkan kata para peneliti Eropa.Sementara
itu, mereka menyarankan wanita hamil untuk menghentikan penggunaan analgesik,
berbicara dengan dokter mereka.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Antipiretik
adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik
adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang
tinggi. Penggunaan obat
Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus diperhatikan.
Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan cacat
pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta
sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi
hampir menyebabkan terjadinya gangguan
fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya
baru muncul beberapa saat setelah kelahiran.
Pengaruh obat bersifat teratogenik,
jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ
janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan
pengaruh obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin
dalam kandungan
DAFTAR PUSTAKA