Posted by : Unknown Rabu, 03 April 2013


BAB I
PENDAHULUAN
                                                
A.                Latar Belakang
Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti obat asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah ditemukan di apotik toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena mudah didapatkan resiko untuk terjadi penyalahgunaan obat ini semakin besar. Di Amerika Serikat di laporkan lebih dari 100.000 kasus per tahun yang menghubungi pusat informasi keracunan, 56.000 kasus datang ke unit gawat darurat, 26.000 kasus memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
            Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Bagi para pengguna mungkin memerlukan bantuan dalam mengkonsumsi obat yang sesuai dengan dosisi-dosis obat. Penggunaan Obat Analgetik Narkotik atau Obat Analgesik  ini mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik atau Analgesik ini tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.

B.           Rumusan Masalah
1.   Apa yang dimaksud dengan analgetik-antipiretik?
2.   Apa saja obat-obat yang tergolong dalam analgetik NSAID dan AID ?
3.   Apa saja efek yang ditinbulkan analgetik-antipiretik pada ibu hamil?
4.   Apa saja dampak penggunaan analgetik-antipiretik pada ibu hamil?
5.   Bagaimana study kasus penggunaan analgetik-antipiretik pada ibu hamil?

C.          Tujuan  Masalah         
1.   Untuk mengetahui dan memahami tenang analgetik-antipiretik
2.   Untuk menjelaskan golongan-golongan analgetik NSAID dan AID
3.   Untuk mengetahaui efek-efek yang ditinbulkan analgetik-antipiretik pada ibu hamil
4.   Untuk mengetahui dampak penggunaan analgetik-antipiretik pada ibu hamil
5.   Untuk mengetahui study kasus pada penggunaan analgetik-antipiretik pada ibu hamil


D.                Meode Penulisan
1.      Studi Keperpustakaan Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan sumber lain seperti internet untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
2.      Studi Dokumentasi Yaitu dengan cara mempelajari dan menyalin data sehingga dapat dijadikan pendukung dalam menganalisa data.


BAB II
URAIAN

A.    Definisi
1.      Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi).Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Dapat menurunkan panas karena dapat menghambat prostatglandin pada CNS
2.      Analgesik
Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Analgesik dibagi dua yaitu :
a.                   Analgesik opioid / analgesik narkotika merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fraktur dan kanker.
Contoh obat :
1.      Metadon.
-          Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
-          Indikasi: Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di rumah sakit.
-          Efek tak diinginkan:
o   Depresi pernapasan
o   Konstipasi
o   Gangguan SSP
o   Hipotensi ortostatikMual dam muntah pada dosis awal


2.      Fentanil.
-          Mekanisme kerja: Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
-          Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
-          Efek tak diinginkan:
§  Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
§  Rigiditas otot
§  Bradikardi ringan.
-          Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi, depresi pernapasan, cedera kepala, alkholisme akut,
-           Efek tak diinginkan:
§  Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
§  Rigiditas otot
§  Bradikardi ringan.
§  Hipotensi
§  Mual muntah
§  Menggigil
§  Halusinasi paska operasi
-          Perhatian : Lansia dan pasien lemah, disfungsi hati dan ginjal, penyakit paru.
-          Dosis:
Pramedikasi :100 mcg secra IM 30-60 sebelum operasi. Tambahan pada anestesi regional: 50-100 scra IM dapat di ulang dalam 1-2 jam bila perlu.

3.      Kodein
-          Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk)
-          Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor
-          Efek tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.

b.      Obat Analgetik Non-narkotik
-          Mekanisme
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer.Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
-          Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.
Contoh obat : Ibuprofen, paracetamol.

B.     Golongan analgesic NSAID dan AID
1.      Analgesic NSAID
-          Analgesic Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) adalah obat antiinflamasi nonsteroid, golongan obat pengurang nyeri dan peradangan yang bekerja dengan menghambat siklooksigenase (cyclo-oxigenase/COX).
-          Mekanisme Anti-Inflamasi
Menghambat prostaglandin dengan menghambat COX.


-          Karakteristik Anti-Inflamasi
NSAID hanya mengurangi gejala klinis yang utama (erythema, edema, demam, kelainan fungsi tubuh dan sakit).Memiliki antithrombik untuk menghambat trombus atau darah yang membeku.
-          Contoh obat :
a.       Ibupropen
Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat antiinflamasi non steroid.Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.Prostaglandin berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan demam.Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek antiinflamasi dan analgetik-antipiretik. Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek samping yang lebih ringan terhadap lambung. Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8 – 2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam.Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini karena dapat mengakibatkan konstriksi (penyempitan) dari arteriosus duktus fetalis (pembuluh darah janin).

Indikasi 
Terapi simptomatik rematoid artritis dan osteoartritis, mengurangi rasa nyeri setelah operasi pada gigi dan dismenore.
Dosis :Dewasa : 200 – 400 mg , 3 – 4 kali sehari.
b.      Paracetamol
§  Deskripsi:
-       Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesic
-       Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
-       Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
-       Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
§  Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
§  Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
§  Komposisi :
Parasetamol / Paracetamol
§  Efek samping :
Reaksi kulit, darah, & reaksi alergi lain.
§  Indeks keamanan pada wanita hamil :
Penelitian tidak menunjukkan risiko pada janin maupun pada wanita hamil karena tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya).
§  Kemasan :Tablet 500 mg x 10 x 10 biji.
§  Dosis :
Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 tablet.
Anak-anak : 3-4 kali sehari ½-1 tablet.
§  Penyajian :Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
§  Jenis: Tablet

2.      Analgesic AID
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan lalu bergerak menuju nucleus dan berikatan dengan kromatin.
Contoh obat :
Dexamethasone
-          Dexamethasone tidak mempunyai aktivitas minerat corticoid dari cortisone dan hydrocortisone sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocortical tidak berguna. Obat ini digunakan untuk glucocorticoid khususnya untuk anti inflamasi, pengobatan rheumatic arthritis dan penyakit colagen lainnya, alergi dermatitis dan lain-lain, penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana terapi glucocorticoid berguna lebih menguntungkan seperti penyakit leukimia tertentu dan lymphomas dan inflamasi pada jaringan lunak dan anemia hemolytica.
-          Indikasi :
Dexamethason adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat.
-          Kontra indikasi :
§  Tidak boleh diberikan pada penderita herpes simplex pada mata, tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan penderita.
§  Jangan diberikan pada wanita hamil karena akan terjadi hypoadrenalism pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya.
-          Efek samping :
Pengobatan yang berkepanjangan dapat menyebabkan efek katabolik steroid seperti kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak. Karena penimbunan garam, air, dan kehilangan potasium jarang terjadi bila dibandingkan dengan beberapa glucocorticoid lainnya. Selain itu penambahan napsu makan dan penambahan berat badan lebih sering terjadi.
-          Dosis :
Dewasa : 0.5 mg – 10 mg per hari
Anak-anak : 0.08mg – 0.3 mg/kg berat badan/hari dibagi dalam 3 atau 4 dosis
-          Perhatian :
Kekurangan adenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap. Ada penambahan efek corticosteroid pada penderita dengan hypotyroidism dan chirrhosis.




C.    Efek Penggunaan Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan
1.      Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini karena dapat mengakibatkan konstriksi (penyempitan) dari arteriosus duktus fetalis (pembuluh darah janin). (Ibuprofen)
2.      Tidak menunjukkan risiko pada janin maupun pada wanita hamil karena tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya). (Paracetamol).
3.      Tidak diberikan pada wanita hamil karena akan terjadi hypoadrenalism pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya. (Dexametasone).
4.      Pemakaian NSAID (Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya dihindari pada TM III. Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan ketika diberikan pada wanita hamil dapat menyebabkan penutupan ductus arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat agregasi trombosit dan tertundanya persalinan dan kelahiran.Pengobatan NSAID selama trimester akhir kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi.Selama beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari.

D.    Dampak Penggunaan Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan.
Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik, maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat.Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran.Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin.Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal.Sedangkan pengaruh obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase berikut: 
1.      Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
2.      Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu.Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-organ tubuh, sehingga merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan mencapai blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi cacat (pembentukan salah) Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain: -Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan, Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus, Pengaruh sub-letal: tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik (struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik
3.      Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan dengan masalah fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan maupun sebab-sebab yang lain.
Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses radang, pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu tertentu. Penilaian yang seksama terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang paling tepat.
Pemakaian NSAID (Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya dihindari pada TM III. Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan ketika diberikan pada wanita hamil dapat menyebabkan penutupan ductus arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat agregasi trombosit dan tertundanya persalinan dan kelahiran.Pengobatan NSAID selama trimester akhir kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi.Selama beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan ini adalah diklofenac, diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam mefenamat, nabumeton, naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat, sulindac, tenoksikam, asam tioprofenic mempunyai mekanisme lazim untuk menghambat sintesa prostaglandin yang terlibat dalam induksi proses melahirkan, NSAID dapat memperpanjang masa kehamilan. 

E.     Studi Kasus Penggunaan Analgetik dan Antipiretik Pada Anak dan Ibu Hamil

Bahaya Obat Pereda Sakit Pada Wanita Hamil (Kehamilan)

Banyak obat yang bagi wanita hamil lebih disarankan untuk dihindari, hal ini untuk mencegah bahaya obat pada ibu hamil.Namun anehnya obat penghilang rasa sakit seperti Tylenol Advil tidak ada dalam daftar obat yang harus dihindari wanita hamil tersebut.Padahal sekarang ada sebuah penelitian yang menunjukan bahwa obat penghilang rasa sakit ringan seperti aspirin, asetaminofen (bahan aktif dalam Tylenol) dan ibuprofen (bahan aktif dalam Advil dan Motrin) memiliki kemungkinan untuk meningkatkan gangguan reproduksi pada laki-laki.
Para ilmuwan dari Denmark, Finlandia dan Prancis menemukan bahwa wanita yang menggunakan kombinasi analgesik ringan selama kehamilan atau menggunakannya selama trimester kedua kehamilan memiliki risiko lebih besar dalam melahirkan bayi laki-laki dengan kelainan testis, suatu kondisi yang dikenal sebagai kriptorkismus dan dapat meramalkan kualitas semen yang buruk dan kanker testis.
Secara khusus, para peneliti menemukan bahwa wanita yang menggunakan lebih dari satu jenis obat penghilang rasa sakit pada saat yang sama, memiliki peningkatan risiko tujuh kali lipat dalam kemungkinan memiliki anak dengan beberapa bentuk kriptorkismus dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan analgesik. Pada trimester kedua, penggunaan obat penghilang rasa sakit lebih mengakibatkan kemungkinan  risiko kriptorkismus dua kali lipat, dan menggunakan obat penghilang rasa sakit simultan meningkatkan risiko 16 kali lipat.
Pada percobaan yang dilakukan pada tikus ini, para ilmuwan juga menunjuk bahwa analgesik bermain-main dengan produksi androgen dan menyebabkan penurunan kadar testosteron ketika organ janin laki-laki terbentuk. Para peneliti tidak yakin mengapa itu terjadi.“Jika paparan endokrin adalah suatu mekanisme di balik peningkatan masalah reproduksi  antara laki-laki muda di dunia Barat, penelitian ini menunjukkan bahwa perhatian khusus harus diberikan pada penggunaan analgesik ringan selama kehamilan, karena hal ini bisa menjadi alasan utama untuk masalah-masalah tersebut , “kata Henrik Leffers, seorang ilmuwan senior di Rigshospitalet di Kopenhagen yang memimpin penelitian.
Tapi Virginia Lupo, ketua departemen obstetri dan ginekologi di Hennepin County Medical Center di Minneapolis dan spesialis kedokteran ibu-janin, memperingatkan bahwa data ini tidak harus membuat seorang wanita hamil benar-benar menghindari pil penahan rasa sakit.
Untuk mencapai kesimpulan mereka, para peneliti mempelajari 834 wanita hamil di Denmark dan 1.463 di Finlandia, yang baik menjawab kuesioner tertulis tentang penggunaan obat selama kehamilan dan / atau menanggapi sebuah wawancara telepon. Menariknya, data menunjukkan bahwa perempuan yang dilaporkan menggunakan obat penghilang rasa sakit dalam kuesioner tertulis: dari 298 ibu Denmark yang merespon kuesioner dan wawancara melalui telepon, 31% dilaporkan menggunakan obat penghilang rasa sakit dalam kuesioner, sementara sisanya 57% melaporkan bahwa mereka menggunakan obat itu dalam wawancara.
Menggunakan obat penghilang rasa sakit tampaknya tidak berpengaruh pada bayi wanita di Finlandia, di mana 2% dari bayi laki-laki bayi dilahirkan dengan kelainan testis. Di Denmark, jumlah yang melonjak sampai 9%. Denmark telah menyaksikan peningkatan yang signifikan dalam kasus kriptorkismus, dari kurang dari 2% dalam 50 tahun yang lalu. Belum banyak penelitian yang meneliti tingkat ini di AS, tapi satu yang dilakukan di Mount Sinai Hospital di New York menemukan bahwa hampir 4% dari 6.935 bayi laki-laki yang lahir antara tahun 1987 dan 1990 memiliki kelainan testis.
Penelitian ini harus dilanjutkan kata para peneliti Eropa.Sementara itu, mereka menyarankan wanita hamil untuk menghentikan penggunaan analgesik, berbicara dengan dokter mereka.



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran.
Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan




DAFTAR PUSTAKA

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

POST TERPOPULER

POST TERBARU

Diberdayakan oleh Blogger.