Posted by : Unknown
Rabu, 22 Mei 2013
Konsep Bendungan ASI
BAB I
Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air
susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan
air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai
kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang
dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke empat pasca persalinan
disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal ini semua
merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum
lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui
keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara
bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar.
Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu
demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat
= obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus
akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).
Faktor
Penyebab Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak
sempurna
Dalam
masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara
tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI
tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada
masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi
tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang
tidak benar
Teknik
yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui
bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
Puting
susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat
menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi
bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting
susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi
tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan
ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
Gejala
Bendungan ASI
Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI
adalah :
1. Bengkak pada payudara
2. Payudara terasa keras
3.
Payudara
terasa panas dan nyeri
(Saifuddin, 2005)
2.2.4
Pencegahan
1. Menyusui secara dini, susui bayi
segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on
demand)
3. Keluarkan asi dengan tangga atau
pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawawatan payudara pasca
persalinan (obserti patologi 169)
5. Menyusui yang sering
6. Memakai kantong yang memadai
7. Hindari tekanan local pada payudara
(Wiknjosastro,
2006)
Penatalaksanaan
1. Kompres air hangat agar payudara
menjadi lebih lembek
2. Keluarkan asi sebelum menyusui
sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan di isap oleh bayi
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa
ASI
4. Untuk mengurangi ras sakit pada
payudara berikan kompres dingin
5. Untuk mengurangi statis di vena dan
pembuluh dara getah benih dilakukan pengurutan (marase) payudara yang dimulai
dari putting kearah korpus
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah
pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah
payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama
hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi
simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui
pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan
stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung
sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998)
adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI
secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi,
rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi
bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh
dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu
menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat.
Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan
kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
- Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
- Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
2. Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut
Depkes, RI (1993) adalah
Dengan tangan yang sudah
dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
- Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
- Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
- Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
3. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo
(2005) adalah
a.
Anjurkan
ibu untuk tetap menyusui bayinya
b.
Anjurkan
ibu untuk melakukan post natal breast care
c.
Lakukan
pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
d.
Gunakan BH yang menopang
e.
Berikan
parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN
KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. K
DENGAN BENDUNGAN ASI
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
A.
Identitas / Biodata
Nama
: Ny.
K
Nama Suami : Tn.A
Umur
: 20
tahun
Umur
: 24 tahun
Agama
:
Islam
Agama :
Islam
Pendidikan
: D
III
Pendidikan : SMA
Suku
:
Aceh
Suku
: Jawa
Pekerjaan
:
PNS
Pekerjaan : dagang
Alamat
:
Langsa
Alamat :
Langsa
B. Anamnesa (data
subyetif)
Pada Tanggal : 15 Februari
2011
Pukul: 15.30 wib
- Keluhan Utama :
Ibu 2 hari post partum
tanggal 15 Februari 2011 mengeluh payudara penuh, bengkak, terasa nyeri dan
tidak ada pengeluaran ASI
- Riwayat Persalinan dan kelahiran:
2.1
Jenis pesalinan: Normal
2.2
Jenis kelamin : Perempuan
BB
: 2800 gr
PB
: 49 cm
Keadaan Anak
: Baik
2.3
Proses Persalinan
Ketuban Pecah
:
Jam:
Menit(spontan/amniotomi)
Kala I
: Lamanya 7 jam berlangsung normal, pengeluaran
bloady show
Kala II
: Lamanya 30 menit, persalinan spontan perdarahan 100 cc.
Kelamin : perempuan, berat badan : 2800 gr, panjang badan :
49 cm, apgar score 8/9 hidup.
Kala III
: Lamanya 8 menit plasenta lahir lengkap, berat plasenta 500 gr, panjang tali
pusat 15 cm dan perdarahan 100 cc.
Kala
IV
: Berlangsung normal, kontraksi uterus baik perdarahan 100 cc keadaan umum
baik.
2.4 Jumlah Perdarahan
Kala
I
: - cc
Kala II
:
100 cc
Kala III
:
100 cc
Kala IV
:
100 cc
Total
:
300 cc
2.5 Penyulitan dan Komplikasi
Tekanan darah tinggi :Tidak ada
Kejang
:Tidak ada
Infeksi
:Tidak ada
Lain-lain
:Tidak ada
2.6 Tindakan / Pengobatan pada masa persalinan :
a.
Sebelum
melahirkan : ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang dengan nasi, lauk, sayur
dan minum 8-10 gelas / hari
b.
Sesudah melahirkan ibu makan 4x sehari dengan porsi banyak dan
minum 10-12 x gelas / hari
2.7 Buang air
kecil : 4-6 x sehari
2.8 Buang air
besar : 2x sehari
C. Pemeriksaan umum
(data objektif)
a.
Data
Psikologi :
b.
Ibu merasa cemas dengan keadaannya saat ini
c.
Ibu
merasa takut kebutuhan ASI untuk bayinya tidak ada
1) Keadaan
Umum
: Baik
2) Keadaan
Emosional : Stabil
3) Tanda
Vital
:
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Pols
: 76 x/i
RR
: 20 x/i
Temp
: 36,50C
Berat
Badan
: 53 kg
b.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Kepala
: rambut hitam, bersih, sedikit rontok dan tidak berketombe
2)
Muka
: tidak ada oedem
3)
Mata
: conjungtiva merah muda, sklera anikterik
4)
Hidung
: bersih, tidak ada polip
5)
Mulut
dan gigi : mulut dan lidah bersih tidak ada scorbut,
gigi bersih tidak ada caries
6)
Telinga
: simetris, bersih
7)
Leher
: tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8)
Dada
: simetris kanan kiri, payudara membesar nampak penuh dan tegang
9)
Perut
: tidak ada bekas operasi, konsistensi keras, tinggi fundus uteri 3 jari bawah
pusat
10)
Alat
Genetalia : tidak ada oedem dan varises, tidak ada
hemoroid simetris
11)
Estremitas
:
a.
Ekstremitas
atas : pergerakan baik, jari-jari
lengkap tidak ada cacat
b.
Ekstremitas
bawah : simetris, tidak ada oedem,
pergerakan baik
II. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN
- Diagnosa
Ibu post partum hari ke-2 G III P III A 0 dengan
bendungan ASI
Dasar :
- Payudara penuh ,tegang, dan terasa nyeri
- Suhu tubuh 36,50C
- ASI tidak keluar
- Masalah
- Ibu cemas karena
bayinya tidak bisa mendapatkan ASI
Dasar :
- Payudara penuh, tegang dan terasa nyeri
- ASI tidak keluar
- Kebutuhan
Penyuluhan tentang perawatan dan bresker
Dasar :
a.
ASI
tidak keluar
b.
Payudara
ibu penuh dan tegang
c.
Ibu
post partum hari
ke-2
d.
Ibu
kurang mengerti tentang perawatan payudara pada post partum
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi
mastitis
IV. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA DAN
KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter
bila terjadi mastitis yang berlanjut
V. PERENCANAAN
-
Jelaskan
pada ibu kondisinya saat ini
-
Jelaskan
manfaat perawatan payudara post partum pada ibu
-
Ajarkan cara perawatan payudara yang baik dan benar pada ibu
-
Anjurkan
pada ibu untuk memberikan ASI pada bayinya
VI. PERENCANAAN
-
Memberikan
penjelasan pada ibu dan keluarga, saat ini ibu mengalami pembendungan ASI yang
menyebabkan payudara ibu penuh, nyeri dan tegang
-
Memberikan
penjelasan pada ibu tentang perawatan payudara serta manfaatnya dapat
memperlancar proses menyusui
-
Mengajarkan
pada ibu perawatan payudara pada ibu dengan melakukan pengurutan payudara
dengan baby oil atau minyak
-
Menganjurkan
ibu untuk member ASI pada bayinya supaya dapat memperlancar proses menyusui
VII. EVALUASI
-
Ibu
mengatakan mengerti keadaannya saat ini
-
Ibu
mengeri penjelasan yang sudah diberikan
-
Ibu berjanji akan melaksanakan anjuran yang diberikan
-
Ibu mengatakan tidak cemas dengan kondisinya saat ini
DAFTAR PUSTAKA
-
Mochtar,
Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta
: EGC.
-
Pritchard
: Maedonal; Bant, 1999, Obstetri Williams, Surabaya : Airlangga
University
-
Prawirohardjo,
Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
-
Prawirohardjo,
Sarwono, 2005, Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, Jakarta
yayasan Bina Pustaka