Archive for April 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang
kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke
keadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan
tinggi rendahnya angka kematan ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan
bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan satu negara untuk
memberikan pelayanan kesehatan.
Indonesia, di lingkungan Asia, merupakan Negara dengan
angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat
menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap
tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah
perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5%, dan anesthesia 2,0%. Kematian
bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18-20 menit
sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60%, infeksi
24-34%, prematuritas BBL 15-20%, dan cacat bawaan 1-3%.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi yang terjadi
di Indonesia penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar kematian ibu dan
perinatal terjadi saat pertolongan pertama persalinan. Oleh karena itu pada
penulisan makalah ini penulis akan membahas mengenai proses fisiologis
persalinan yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu
kebidanan khususnya mengenai persalinan dan dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengerti dan memahami pengertian fisiologi persalinan
2. Untuk memahami dan mengetahui proses
terjadinya persalinan
3. Untuk mengerti dan memahami tahap – tahap persalinan
4. Untuk mengerti dan memahami perubahan fisiologis dan
psikologis yang mempengaruhi persalinan
5. Untuk memahami dan mengetahui faktor –
faktor yang mempengaruhi persalinan
6.
Untuk memahami dan mengetahui
penurunan kepala janin
7. Untuk
memahami dan mengetahui karakteristik persalinan
8. Untuk memahami dan mengetahui konsep molase dalam persalinan
9. Untuk memahami dan mengetahui mekanisme fisiologi persalinan
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa itu fisiologi persalinan
?
2.
Bagaimana terjadinya proses persalinan?
3.
Apa saja tahap – tahap persalinan?
4.
Apa saja perubahan fisiologis dan psikologis yang
terjadi dalam persalinan?
5.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ?
6.
Bagaimana proses penurunan kepala janin?
7.
Apa perbedaan his palsu dengan his persalinan ?
8.
Bagaimana konsep molase dalam persalinan ?
9.
Bagaimana mekanisme fisiologi persalinan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian
fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan
keluarga. Peran ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peran keluarga adalah
memberi dukungan dan bantuan dalam proses persalinan.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa dikatakan
persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng – kenceng teratur
sampai dikeluarkannya produk konsepsi ( janin, plasenta, ketuban, dan cairan
ketuban) dari uterus kedunia
luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan
sendiri.
2.2
Proses terjadinya persalinan
a.
Teori Keregangan
Otot rahim
mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu
tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang
terus membesar dan menjadi tegang menyebabkan iskemia. Hal ini mungkin
merupakan faktor yang mengganggu sirkulasi
uteroplasenta sehingga plaseta mengalami regenerasi.
b.
Teori penurunan progesterone
Proses penuaan
plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales
mengalami perubahan – perubahan dan produksi
progerteron mengalami
penurunan, sehingga otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteton tertentu.
c.
Teori Oksitosin Internal
Oksitosin
dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior. Perubahan keseimbangan
progesterone dan estrogen dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga
sering terjadi kontraksi braxton Hicksc .Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuannya kehamilan
menyebabkan oksitosin meninggatkan aktivitasnya,sehingga terjadi persalinaan.
d.
Teori Postaglandin
Pemberian
prostaglandin pada saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinaan. Postaglandin
dianggap pemicu terjadinya persalinan.
e.
Teori Hipotalamus – pituitary dan
Glandula suprarenalis
Teori ini
menunjukkan pada kehamilan
anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus.Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi persalinan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan hipotalamus
pituitary dengan mulianya persalinan. Glandula suprarenalis merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
f.
Teori Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya
nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila
nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di keluarkan.
g.
Faktor Lain
Tekanan pada
ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di belakang
serviks. Bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
2.3 Tahapan Persalinan
a. Persalinan kala I.
Kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam
dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Pada kala I ini terjadi pendataran dan
penipisan serviks.
b. Kala II
Gejala utama kala II adalah:
a.
His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b.
Menjelang akhir
kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaranan cairan secara mendadak.
c.
Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhouser.
d.
Kedua kekuatan,
his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi:
1.
Kepala membuka
pintu
2.
Subocciput bertindak sebagai hipomoglion
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.
e.
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi
luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
f.
Setelah putar paksi luar berlangsung, maka
persalinan bayi ditolong dengan jalan:
1.
Kepala dipegang pada os occiput dan di bawah dagu,
ditarik curam ke bawah untuk
2.
Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi.
3.
Bayi lahir
diikuti oleh sisa air ketuban.
g.
Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit.
c. Kala III (pelepasan placenta)
Setelah kala II, kontraksi uterus
berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch,
karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya placenta sudah dapat
diperkirakan dengan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
a.
Uterus menjadi bundar
b.
Uterus
terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
c.
Tali pusat bertambah panjang
d.
Terjadi perdarahan.
d.
Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakuakn:
a.
Tingkat kesadaran penderita.
b.
Pemeriksaan
tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan respirasi.
c.
Kontraksi uterus.
d.
Terjadinya perdarahan.
Perdarahan dianggap masih normal
bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
2.4
Faktor fisiologis dan psikologis yang mrempengaruhi
persalinan
Perubahan fisiologis: 1.Tekanan darah Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (
sistolik naik ± 15-20 mmhg, diastolik ± 5-10 mmhg) Rasa sakit, takut, cemas juga akan meningkatkan
tekanan darah
2. Metabolisme Metabolisme akan meningkat secara berangsur-angsur
disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot-otot skeketal, peningkatan ini karena
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, nadi dan respirasi
3.
Suhu tubuh Peningkatan metabolisme tubuh menyebabkan suhu tubuh
meningkat selama persalinan terutama selama dan setelah bayi lahir. Peningkatn suhu
tubuh tidak boleh > 0,5 °C-1 °C.
4.
Sistem Kardiovaskular Peningkatan metabolisme akan meningkatkn detak jantung
selama kontraksi secara otomatis.
5.
Sistem Pernafasan Pernafasan meningkat sehubungan dengan meningkatnya
metabolisme.
6.
Sistem Urinaria Poliuri terjadi selama persalinan karena peningkatan cardiac
output, filtrasi glumerulus dan aliran plasma ginjal
7.
Sistem Gastro intestinal Motilitas lambung , absorbsi makanan padat secara
substansial berkurang banyak sekali selama persalinan, pengeluaran getah lambung mengakibatkan
aktifitas pencernaan terganggu, mual dan muntah bisa terjadi sampai ibu mencapai
akhir persalinan
8.
Sistem Hematologi Hb meningkat 1-2 gr% selama persalinan dan akan kembali pada
tingkat sebelum persalinan sehari setelah persalinan kecuali terjadi perdarahan
Perubahan
psikologis :
- Kebahagian yang besar dan antisipasi untuk mengungkapkan ketakutan
- Ketakutan terhadap hal yang tidak diketahui
- Ketakutan terhadap teknologi, intervensi dan hospitalisasi
- Ketegangan, ketakutan, dan kecemasan mengenai nyeri serta kemampuan untuk melatih kontrol diri selama persalinan
- Perhatian mengenai kesejahteraan bayi dan kemampuan pasangan untuk melakukan koping
- Ketakutan terhadap kematian – rumah sakit mungkin dipandang sebagai tempat penyakit, kematian, dan sekarat; kuatnya perasaan semacam ini dapat meningkat jika ibu mengalami komplikasi seperti perdarahan hebat pascapartum, distosia bahu, atau bahkan seksio sesaria darurat
- Proses persalinan menyebabkan banyak data pribadi di ketahui publik sehingga dapat menimbulkan ketakutan dan kurangnya privasi atau rasa malu.
- Kecemasan mengenai abnormalitas pada janin
- Kelegaan, ‘syukurlah semua telah berakhir’ mungkin di ungkapkan oleh kebanyakan ibu segera setelah melahirkan; kadang-kadang ibu menanggapi secara dingin terhadap peristiwa yang baru terjadi, terutama bila ibu mengalami persalinan lama, dan komplikasi, dan sulit.
- Beberapa ibu mungkin merasa dekat dengan pasangan dan bayi; sama halnya dengan ibu yang tidak tertarik dengan bayinya meskipun beberapa ibu yang ingin menyusui menginginkan adanya kontak kulit ke kulit dan segera menyusui.
- Tidak tertarik atau sangat perhatian terhadap bayinya
- Kelelahan dan peningkatan emosi
- Nyeri (misal perenium, puting)
2.5 Faktor – faktor
yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
sering disebut 5P:
a. Power
a.
His (kontraksi otot rahim).
b.
Kontraksi otot dinding perut.
c.
Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d.
Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
His atau kekuatan kontraksi rahim
yang normal mempunyai sifat dimulai dari salah satu tanduk rahim, kemudian
menjalar keseluruh otot rahim. Kekuatan ini seperti memeras isi rahim. Otot
rahim yang berkontraksi tidak akan kembali kepanjang semula, sehingga terjadi
retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
b. Pasanger (janin dan plasenta).
Selama janin dan plasenta berada
dalam rahim pertumbuhannya belum tentu normal, kelainan genetik dan kebiasaan
ibu yang buruk dapat menjadikan adanya pertumbuhan yang tidak normal antara
lain:
a.
Kelainan bentuk dan besar janin : anensefalus,
hidrosefalus dan janin makrosomia.
b.
Kelainan pada otak kepala : presentasi puncak, muka,
dahi dan kelainan occiput.
c.
Kelainan letak janin : letak sungsang, lintang,
mengolak, rangkap.
Setelah persalinan kepala, badan
janin tidak akan mengalami kesulitan. Kepala janin memiliki ciri oval yang
membuat bagian lain lebih mudah lahir setelah bagian besarnya lahir, berbentuk
kogel atau mudah digerakkan kesegala arah dan persendian sedikit kebelakang
yang berfungsi untuk fleksi pada putaran paksi dalam.
c. Passage atau jalan lahir.
Passage atau jalan lahir terdiri
dari jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang. Jalan lahir lunak terdiri atas
otot, jaringan dan ligamen. Sedangkan jalan lahir tulang atau keras terdiri
dari tulang panggul dan sendi.
d. Psikologis
Banyak wanita normal bisa merasakan
kegairahan dan kegembiraan disaat merasa kesakitan awal persalinan. Perasaan
positif ini berupa kelegaan hati karena merasa telah menjadi “wanita sejati”.
Psikologis meliputi:
a. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan
persiapan intelektual.
b. Pengalaman bayi sebelumnya.
c. Kebiasaan adat.
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan
adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan janin. Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skil dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.
2.6
Penurunan
kepala pada persalinan
Pemeriksaan
penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul melalui pengukuran pada
dinding abdomen akan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi ibu
jika dibandingkan dengan melakukan periksa dalam (vaginal toucher).
Selain itu, cara penilaian diatas (bila dilakukan secara benar) dapat
memberikan informasi yang sama baiknya dengan hasil periksa dalam tentang
kemajuan persalinan (penurunan bagian terbawah janin) dan dapat mencegah
periksa dalam yang tidak perlu atau berlebihan
Penilaian penurunan
kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang
masih berada di atas tepi atas simfisis dan dapat diukur dengan lima jari
tangan pemeriksa (per limaan). Bagian diatas simfisis adalah proporsi yang
belum masuk pintu atas panggul dan sisanya (tidak teraba) menunjukkan sejauh
mana bagian terbawah janin telah masuk ke dalam rongga panggul (lihat Gambar
2-2).
Penurunan bagian terbawah dengan
metode lima jari (perlimaan) adalah:
-5/5 jika bagian terbawah janin
seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
- 4/5 jika sebagian (1/5) bagian
terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul
- 3/5 jika sebagian (2/5) bagian
terbawah janin telah memasuki rongga panggul
- 2/5 jika hanya
sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diats simfisi dan (3/5)
bagian telah turun melewati bidang
tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan)
- 1/5 jika hanya 1
dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas
simfisis dan 4/5 bagian telah masauk ke dalam rongga panggul
-
0/5 jika bagian terbawah janin
sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah
janin sudah masuk ke dalam rongga panggul
Bidang Hodge
·
Hodge I : Sama dengan pintu
atas panggul
·
Hodge II : Sejajar dengan Hodge I melalui pinggir bawah symphisis
·
Hodge III : Sejajar dengan Hodge
I melalui spinae ischidiadicae
·
Hodge IV :
Sejajar dengan Hodge I melalui ujung os.coccygis
2.7 Karakteristik persalinan yang sesungguhnya
Perbedaan his palsu dan his
persalinan.
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton
Hicks. Kontraksi ini dapat dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit
dan mengganggu. Kontraksi Braxton Hicks terjadi karena perubahan keseimbangan
estrogen, progesteron, dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin.
Dengan demikian makin tua hamil, pengeluaran estrogen
dan progesteron makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi
yang lebih sering, sebagai his palsu.
Perbedaan his palsu dan his persalinan antara lain:
His permulaan (palsu)
|
His persalian
|
Rasa nyeri ringan di bagian bawah
|
Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
|
Datangnya tidak teratur, interval panjang,
durasinya pendek
|
Sifatnya teratur, interval makin pendek, durasi
makin lama dan kekuatannya makin besar
|
Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa
tanda
|
Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
|
Tidak bertambah bila beraktivitas
|
Makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin
bertambah
|
2.8 Konsep Molase
Molase adalah indikator penting tentang
seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul
ibu. Molase itu mungkin karena adanya sutura. Tulang
kepala yang yang saling menyusup atau tumpang tindih menunjukkan kemungkinan
adanya disproporsi tulang panggul (cephalo pelvic disproportion -CPD).
Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang
saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang
panggul sangat penting untuk memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan.
Segera lakukan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda
disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Molase merupakan perubahan bentuk kepala dalam usaha
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yaitu dengan bergesernya tulang
tengkorak yang satu dibawah tulang tengkorak yang lain. Dengan adanya molase ukuran yang melalui jalan lahir
menjadi kecil sedangkan ukuran yang tegak lurus menjadi lebih panjang. Misalnya
pada presentasi belakang kepala diameter suboksipito bregmatika menjadi kecil
dan diameter mento oksipitalis bertambah. Biasanya os oksipital dan
kadang-kadang juga os frontal bergeser dibawah os parietal kemampuan molase dapat menentukan apakah perrsalinan
dapat berlangsung dengan spontan atau tidak. Namun moulase yang terlalu kuat dapat berbahaya
karena dapat menimbulkan perdarahan dalam tengkorak.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam nilai penyusupan kepala janin.
Catat temuan dikotak yang sesuai dibawah lajur air ketuban. Dibawah ini
merupakan lambang-lambang yang dapat digunakan.
No.
|
Lambang
|
Keterangan
|
1
|
0
|
Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura
dengan mudah dapat dipalpasi.
|
2
|
1
|
Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan.
|
3
|
2
|
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,
tapi masih dapat dipisahkan.
|
4
|
3
|
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
dan tidak dapat dipisahkan lagi.
|
2.9 Mekanisme persalinan normal
Mekanisme persalinan Normal adalah gerakan
janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Penyesuaian diri berupa
: fleksi, rotasi dari janin. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui
vagina oleh karena janin tersebut harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang
tersedia didalam panggul. Diameter-diameter yang lebih besar dari janin harus
menyesuaikan diri dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin
bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
Turunnya kepala dibagi menjadi dua yaitu:
a. Masuknya
kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kedalam pintu atas
panggul pada primigravida (yang baru pertama kali hamil) sudah terjadi pada
bulan terkahir kehamilan tetapi pada multigravida (yang sudah pernah hamil
sebelumnya) biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala
kedalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis, melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Masuknya sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah
jalan lahir, ialah tepat diantara simpisis dan promontorium, maka kepala dikatakan
dalam synclitismus dan synclitismus os parietal depan dan belakang sama
tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak
kebelakang mendekati promontorium maka posisi ini disebut asynclitismus.
Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang
ringan. Asynclitismus posterior ialah jika sutura sagitalis
mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan. Asynclitismus anteriorialah jika sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
b.
Majunya kepala.
Majunya kepala pada primigravida
terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga panggul dan biasanya baru dimulai
pada kala 2. Pada multigravida sebaiknya majunya kepala dan masuknya kepala
kedalam rongga panggul terjadi bersamaan. Yang menyebabkan majunya kepala :
Tekanan cairan intrauterin, tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan
meneran, melurusnya badan janin oleh perubahan bentuk rahim.
Penurunan
terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan posisi,
serta peneranan selama kala 2 oleh ibu. Penurunan kepala mengalami
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Fiksasi (engagement) merupakan
tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk
panggul ibu
2. Desensus merupakan syarat
utama kelahiran kepala, terjadi karena adanya tekanan cairan amnion, tekanan
langsung pada bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan pelurusan badan
janin
3. Fleksi, sangat penting bagi
penurunan kepala selama kala 2 agar bagian terkecil masuk panggul dan terus
turun. Dengan majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil
melalui jalan lahir yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
diameter suboccipito frontalis (11,5 cm). Fleksi disebabkan karena janin
didorong maju, dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul,
serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan dorongan dan
tahanan ini terjadilah fleksi, karena moment yang menimbulkan fleksi lebih
besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
4. Putaran paksi dalam/rotasi internal,
pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian depan memutar ke depan ke bawah sympisis. Pada presentasi belakang
kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar kedepan kebawah simpisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk
kelahiran kepala karena putara paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu
kepala sampai ke hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasa
panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam : Pada letak fleksi, bagian belakang
kepala merupakan bagian terendah dari kepala. Pada bagian terendah dari kepala
ini mencari tahanan yang paling sedikit yaitu pada sebelah depan atas dimana
terdapat hiatus genetalis antara M. Levator ani kiri dan kanan. Pada ukuran
terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior. Rotasi
internal dari kepala janin akan membuat diameter enteroposterior (yang lebih
panjang) dari kepala akan menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior
dari panggul
5. Ekstensi, setelah putaran
paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah ekstensi atau
defleksi dari kepala. Hal ini terjadi pada saat lahir kepala, terjadi karena
gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk lengkungan
Carrus, yang mengarahkan kepala keatas menuju lubang vulva sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Bagian leher belakang dibawah
occiputnya akan bergeser dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik
poros. Uterus yang berkontraksi kemudian memberi tekanan tambahan atas kepala
yang menyebabkan ekstensi kepala lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka
lebar. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknay ekbawah dan
satunya kerena disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas.
Resultantenya ialah kekuatan kearah depan atas. Setelah subocciput tertahan
pada pinggir bawah sympisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut
diatas adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi hidung dan
mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Subocciput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hypomoclion
6. Rotasi eksternal/putaran paksi luar,
terjadi bersamaan dengan perputaran interior bahu. Setelah kepala lahir, maka
kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi
pada leher yang etrjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut
putaran restitusi.
7. Restitusi adalah perputaran
kepala sejauh 45ᴼ baik kearah kiri atau kanan bergantung pada arah dimana ia
mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior. Selanjutnya putaran dilanjutkan
hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischidicum. Gerakan yang
terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena
ukuran bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah
panggul.
8. Ekspulsi, setelah putaran
paksi luar bahu depan sampai dibawah sympisis dan menjadi hypomoclion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh
badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahi mengikuti lengkung carrus (kurva
jalan lahir).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pesalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Persalinan merupakan suatu proses
alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia
setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai.
Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan
penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut.
3.2
Saran
Dalam hal ini tenaga kesehatan
terutama bidan harus bisa dan mengerti tentang asuhan kebidanan apa saja yang
harus diberikan pada ibu bersalin bidan juga harus bisa mendokumentasikan semua
tindakan dan perkembangan yang terjadi pada ibu bersalin.