Archive for Mei 2013

Pencegahan Infeksi Nosokomial

Rabu, 22 Mei 2013
Posted by Unknown
II.3 Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:
• Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
• Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
• Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
• Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.
• Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.
II.3.1 Dekontaminasi tangan
Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang lama. Selain itu, penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-penyakit infeksi. Hal yang perlu diingat adalah: Memakai sarung tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.
II.3.2 Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit
Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau keduanya yang dipakai berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak penting (misalnya penyuntikan antibiotika).7 Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
• Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan
• Pergunakan jarum steril
• Penggunaan alat suntik yang disposabel.
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita.
Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap pasiennya. Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor, sanrung tangan harus segera diganti.11
Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.11
II.3.3 Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.11
Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan.11
Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.
Disinfeksi yang dipakai adalah:
• Mempunyai kriteria membunuh kuman
• Mempunyai efek sebagai detergen
• Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.
• Tidak sulit digunakan
• Tidak mudah menguap
• Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien
• Efektif
• tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
II.3.4 Perbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika. 6
II.3.5 Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita penyakit yang sama.9

Konsep Bendungan ASI

Posted by Unknown


Konsep Bendungan ASI
BAB I
Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).

Faktor Penyebab Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1.    Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2.    Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3.    Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4.    Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5.    Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
Gejala Bendungan ASI
Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
1.    Bengkak pada payudara
2.    Payudara terasa keras
3.    Payudara terasa panas dan nyeri
            (Saifuddin, 2005)

2.2.4    Pencegahan
1.    Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2.    Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3.    Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4.    Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)
5.    Menyusui yang sering
6.    Memakai kantong yang memadai
7.    Hindari tekanan local pada payudara
(Wiknjosastro, 2006)
 Penatalaksanaan
1.    Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek
2.    Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan di isap oleh bayi
3.    Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4.    Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin
5.    Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih dilakukan pengurutan (marase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus
BAB II
TINJAUAN  TEORI
1. Definisi
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
  1. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan. 
  2.  Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

2. Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
    1. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
    2. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
    3. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
3. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah
a.       Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
b.      Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
c.       Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
d.         Gunakan BH yang menopang
e.       Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.




BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. K
DENGAN BENDUNGAN ASI

I. PENGUMPULAN DATA DASAR
A.     Identitas / Biodata
Nama               : Ny. K                                    Nama Suami     : Tn.A
Umur                : 20 tahun                               Umur                : 24 tahun
Agama             : Islam                                     Agama             : Islam
Pendidikan       : D III                                                Pendidikan       : SMA
Suku                : Aceh                                     Suku                : Jawa
Pekerjaan         : PNS                                      Pekerjaan         : dagang
Alamat             : Langsa                                  Alamat             : Langsa

B. Anamnesa (data subyetif)
            Pada Tanggal : 15 Februari 2011                                Pukul: 15.30 wib
    1. Keluhan Utama :
Ibu 2 hari post partum tanggal 15 Februari 2011 mengeluh payudara penuh, bengkak, terasa nyeri dan tidak ada pengeluaran ASI
    1. Riwayat Persalinan dan kelahiran:
2.1       Jenis pesalinan:  Normal
2.2       Jenis kelamin   :  Perempuan
            BB                   :  2800 gr
            PB                   :  49 cm
            Keadaan Anak            : Baik
2.3       Proses Persalinan
            Ketuban Pecah            :           Jam:                 Menit(spontan/amniotomi)
Kala I                       :  Lamanya 7 jam berlangsung normal, pengeluaran            bloady show
Kala II                      : Lamanya 30 menit, persalinan spontan perdarahan 100 cc.    Kelamin : perempuan, berat badan : 2800 gr, panjang badan : 49 cm, apgar score 8/9 hidup.
Kala III                    : Lamanya 8 menit plasenta lahir lengkap, berat plasenta 500 gr, panjang tali pusat 15 cm dan perdarahan 100 cc.
Kala IV                    : Berlangsung normal, kontraksi uterus baik perdarahan 100 cc keadaan umum baik.


            2.4 Jumlah Perdarahan
                        Kala I                          :    -      cc
                        Kala II                         : 100    cc
                        Kala III                       :  100   cc
                        Kala IV                       :  100   cc
                        Total                            : 300    cc
            2.5 Penyulitan dan Komplikasi
                        Tekanan darah tinggi  :Tidak ada
                        Kejang                         :Tidak ada
                        Infeksi                         :Tidak ada
                        Lain-lain                      :Tidak ada
            2.6  Tindakan / Pengobatan pada masa persalinan :
a.       Sebelum melahirkan : ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang dengan nasi, lauk, sayur dan minum 8-10 gelas / hari
b.       Sesudah melahirkan ibu makan 4x sehari dengan porsi banyak dan minum 10-12 x gelas / hari
2.7  Buang air kecil     :  4-6 x sehari 
2.8  Buang air besar    : 2x sehari
C. Pemeriksaan umum (data objektif)
a.       Data Psikologi :
b.       Ibu merasa cemas dengan keadaannya saat ini
c.       Ibu merasa takut kebutuhan ASI untuk bayinya tidak ada
1)  Keadaan Umum                 : Baik  
2)  Keadaan Emosional           : Stabil
3) Tanda Vital                         :
 Tekanan darah            : 110/70 mmHg
 Pols                             : 76 x/i
 RR                              : 20 x/i
Temp                           : 36,50C
Berat Badan                :  53 kg
b.      Pemeriksaan Fisik
1)         Kepala                 : rambut hitam, bersih, sedikit rontok dan tidak berketombe
2)         Muka                   : tidak ada oedem    
3)         Mata                    : conjungtiva merah muda, sklera anikterik
4)         Hidung                : bersih, tidak ada polip
5)         Mulut dan gigi     : mulut dan lidah bersih tidak ada scorbut, gigi bersih tidak ada caries            
6)         Telinga                 : simetris, bersih
7)         Leher                   : tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8)         Dada                    : simetris kanan kiri, payudara membesar nampak penuh dan tegang
9)         Perut                    : tidak ada bekas operasi, konsistensi keras, tinggi fundus uteri 3 jari bawah pusat
10)     Alat Genetalia     : tidak ada oedem dan varises, tidak ada hemoroid simetris
11)     Estremitas            : 
a.       Ekstremitas atas : pergerakan baik, jari-jari
                                          lengkap tidak ada  cacat
b.      Ekstremitas bawah : simetris, tidak ada oedem,
      pergerakan baik

II. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN
    1. Diagnosa
Ibu post partum hari ke-2 G III P III A 0 dengan bendungan ASI
Dasar :
      1. Payudara penuh ,tegang, dan terasa nyeri
      2. Suhu tubuh 36,50C
      3. ASI tidak keluar
    1. Masalah
- Ibu cemas karena bayinya tidak bisa mendapatkan ASI
Dasar :
      1. Payudara penuh, tegang dan terasa nyeri
      2. ASI tidak keluar
    1. Kebutuhan
Penyuluhan tentang perawatan dan bresker
Dasar :
a.       ASI tidak keluar
b.      Payudara ibu penuh dan tegang
c.       Ibu post partum hari ke-2                                
d.      Ibu kurang mengerti tentang perawatan payudara pada post partum

III.  IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi mastitis

IV.  KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter bila terjadi mastitis yang berlanjut

V.    PERENCANAAN
-          Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini 
-          Jelaskan manfaat perawatan payudara post partum pada ibu
-           Ajarkan cara perawatan payudara yang baik dan benar pada ibu
-          Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI pada bayinya

VI.  PERENCANAAN
-          Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga, saat ini ibu mengalami pembendungan ASI yang menyebabkan payudara ibu penuh, nyeri dan tegang
-          Memberikan penjelasan pada ibu tentang perawatan payudara serta manfaatnya dapat memperlancar proses menyusui
-          Mengajarkan pada ibu perawatan payudara pada ibu dengan melakukan pengurutan payudara dengan  baby oil atau minyak
-          Menganjurkan ibu untuk member ASI pada bayinya supaya dapat memperlancar proses menyusui

VII.  EVALUASI 
-          Ibu mengatakan mengerti keadaannya saat ini
-          Ibu mengeri penjelasan yang sudah diberikan
-           Ibu berjanji akan melaksanakan anjuran yang diberikan
-           Ibu mengatakan tidak cemas dengan kondisinya saat ini






DAFTAR PUSTAKA

-          Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta : EGC.
-          Pritchard : Maedonal; Bant, 1999, Obstetri Williams, Surabaya : Airlangga University
-          Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
-          Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, Jakarta yayasan Bina Pustaka


Welcome to My Blog

POST TERPOPULER

POST TERBARU

Diberdayakan oleh Blogger.